Di Indonesia catur dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Cabang olahraga ini barangkali lebih tepat jika bila disebut olah-pikiran tersohor di seluruh dunia sebagai salah satu permainan yang tua. Karena tuanya itu, banyak dongeng mengenai asal-usul nya, namun semuanya sukar dibuktikan kebenarannya. Di bawah ini disajikan dongeng Ibnul Khalikan, penulis riwayat yang hidup pada abad ketiga belas.
Alkisah, catur itu berasal dari India.
Penemunya seorang guru yang bernama Sisah Ibnu Dahir. Permainan baru yang
sangat mengasyikkan itu dikagumi Raja Syihram. Demi diketahui bahwa Sisah itu
adalah salah seorang dari rakyatnya, Raja Syihram berniat memberikan hadiah
kepada penemu catur itu. Ia bertitah agar Sisah dibawa menghadap ke istananya.
“ Aku ingin memberikan hadiah yang berharga
atas penemuanmu itu yang mengagumkan itu,” titah Raja Syihram ketika Sisah datang
menghadap.
“ Aku cukup kaya dan sanggup memenuhi
keinginanmu.” Raja dengan angkuhnya.
Sisah diam saja, lalu raja berkata, “ Jangan
malu. Katakana keinginanmu, pasti kukabulkan.”
“ Maafkan hamba, ya raja kami yang agung dan
pemurah. Hamba mohon waktu sehari untuk memikirkannya, jika tuanku berkenan
mengizinkan permohonan hamba ini.”
“ Baiklah, aku tunggu sampai besok.”
Malam itu, guru yang sederhana itu memikirkan
hadiah yang hendak dimintanya. Keesokan harinya di hadapan Raja, berkatalah ia,
“ Ya tuanku, hamba telah merenungkan berbagai hadiah yang menyenangkan.
Akhirnya inilah yang hamba pilih. Hamba mohon hadiah gandum sebutir untuk petak
pertama papan catur, dua butir untuk petak kedua . . .”
“ Dua butir katamu?” bertanya Raja keheranan.
“ Ya tuanku, dua butir untuk petak kedua
papan catur. Selanjutnya hamba mohon empat butir untuk petak ketiga, delapan
butir untuk petak keempat, enam belas butir untuk petak kelima, tiga puluh dua
butir untuk petak keenam, enam puluh empat butir untuk . . . .’
“ Cukup, cukup,” sela Baginda Syihram dengan
tidak sabar, ketika mendengar permintaan yang terlalu sederhana itu. “ Kau akan
menerima hadiahmu itu untuk enam puluh empat petak papan catur. Tiap petak
berisi dua kali isi petak sebelumnya. Tapi ketahuilah bahwa permintaanmu itu
sungguh merendahkan kemurahan hatiku. Apalagi karena engkau guru. Pulanglah,
pesuruhku akan segera mengantarkan gandum permintaanmu itu.”
“ Mohon ampun atas kelancangan saya, ya
Tuanku. Hamba mohon diri.” Penemu catur itu keluar dari istana dengan senyum
terkulum.
Waktu bersantap malam, baginda teringat akan
permintaan Sisah, lalu bertanya kepada pegawai istananya, apakah gandum untuk
guru itu sudah dikirimkan? Ketika didengarnya bahwa perintahnya sedang
dijalankan. Baginda mengerutkan dahinya tanda keheranan. Belum pernah
perintahnya dijalankan selambat itu. Oleh karena itu, sebelum beradu Baginda
menanyakan sekali lagi pelaksanaan perintahnya.
“ Tuanku, juru hitung kerajaan belum selesai
menghitung jumlah butir yang harus
disediakan.” Sahut seorang pegawai istana.
“ Bodoh, mengapa lambat sekali ia menghitung?
Sebelum ayam berkokok pagi besok, Sisah sudah harus menerima gandumnya. Jika
kalian akan kupecat semua.” Ujarnya dengan marah.
Keesokan harinya, pagi-pagi, seorang pegawai
istana melapor bahwa juru hitung kerajaan akan menghadap. Disaat sang juru
hitung menghadap, Baginda berkata “ Sebelum engkau berbicara, katakanlah apakah
perintahku kemarin telah terlaksanakan?”
“Justru itulah yang hendak hamba sampaikan
kepada tuanku.” Jawab juru hitung kerajaan, orang yang sangat ahli dalam
matematika. “ Setelah hamba menghitung dengan teliti permintaan guru itu ternyata
jumlahnya sangat luar biasa besarnya.”
Raja mulai hilang kesabarannya, lalu berkata
dengan suara keras “ Berapa pun besarnya, janji raja harus ditepati. Lumbung
kerajaan cukup besar untuk memenuhi permintaan yang sekecil itu.”
“Ampun tuanku , kerajaan tuanku tidak akan
mampu memenuhi permintaan Sisah. Seluruh persediaan gandum di dunia ini
sekalipun tidak cukup untuk memenuhinya. Kalau seluruh permukaan bumi ini
ditanami gandum, setelah semua lautan dikeringkan. Barulah mungkin tuanku
memenuhinya. Untuk menampung gandum sebanyak itu, tuanku memerlukan lumbung
yang tingginya delapan hasta, yang lebarnya sepuluh hasta, dan panjangnya sama
dengan jarak bumi ke matahari.”
“ Baginda tertegun mendengar kata juru
hitungnya, namun ia ingin mengetahui juga angkanya, kemudian Raja bertanya,
berapa butir semuanya? Juru hitung istana menunjukkan angka yang ditulisnya
diatas secari kertas : 18.446.744.073.709.551.615.
Demikianlah dogeng tentang papan catur dan
butir gandum . entah bagaimana akhir ceritanya, ada yang mengatakan bahwa sang
guru mati di tiang gantung. Namun yang pasti, Raja Syihram tak sanggup memenuhi
permintaan Sisah Ibnu Dahir itu.
* * *
Jika penghitungan satu butir gandum
memerlukan satu detik, maka dalam satu menit diperoleh 60 butir, dala satu jam
3600butir , dalam satu hari 86.400 butir. Sehingga waktu yang diperluikan untuk
menyelesaikan tugas itu lamanya mendekati 584.943.368.649 tahun.
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda dengan Menggunakan Kata-kata yang Bijak dan Sopan (No Porno, No Iklan, No Spam). Kritik dan Saran yang Membangun Akan Sangat Bermanfaat Bagi Penulis. Terima Kasih.