Versi Anak Muda
Jika kamu seorang anak bugis, maka wajib mengetahui hal di bawah ini ;
1.
Manyameng kininnawa = secara harfiah berarti
nikmat pikirannya, ceria, bahagia atau berpikir positif. Orang yang manyameng
kininnawa selalu menghindarkan diri dari berprasangka buruk terhadap orang
lain. Jika ia mendapat masalah, ia berusaha menutupi kegundahannya dan
menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia selalu merasa tidak enak jika memberatkan
orang lain. Orang yang manyameng kininnawa juga senang menyelingi humor dalam
interaksinya dengan orang lain sehingga ia menebar kebahagiaan atau keceriaan
dalam hatinya kepada sesamanya.
2.
Mappasitinaja = secara harfiah berarti
memperlakukan sesuatu secara proporsional. Ia berlaku adil, menempatkan sesuatu
pada tempatnya. Orang yang mappasitinaja
senantiasa dilliputi oleh manyameng kininnawa sehingga dalam tindakan
proporsionalnya tidak terpisah dengan pemikiran positifnya. Hal ini untuk
mencegah terjadinya ketidakadilan. Untuk mengurai hal ini, terlebih dulu kita
bedakan antara Pembedaan dengan Perbedaan. Pembedaan berarti ada beberapa hal
yang sama namun diperlakukan berbeda, ini berarti ketidak adilan. Perbedaan
berarti secara substansi sesuatu itu memang berbeda dengan yang lain, sehingga
justru tidak adil jika diperlakukan sama. Mappasitinaja disini bermakna bahwa
seseorang berbuat membedakan sesuatu yang berbeda dan tidak membedakan sesuatu
yang memang tidak berbeda.
3.
Malabo = Labo berarti dermawan. Tentang hal ini
ada adagium bugis mengatakan aja mumaleo
naburuki labo natunai sekke = Janganlah anda ingin dihancurkan oleh
kedermawanan dan dihinakan oleh kekikiran. Dermawan dalam kacamatan manajemen
disini berarti selalu ada alokasi anggaran untuk membantu sesama namun nominal
bantuan itu tidak menghabiskan modal. Misalnya dalam bisnis, seorang pedagang
tidak akan menyumbang sebelum ia mengkalkulasi berapa keuntungannya dalam hari
itu. Kemudian setelah ia mendapat keuntungan, maka ia akan mengalokasikan untuk
membantu sesamanya. Adagium diatas memberikan kita pandangan yang realistis
dalam aktifitas ekonomi tanpa harus kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.
4.
Malempu = secara harfiah berarti lurus. Dalam
artian, berpikir benar, berkata benar (=jujur) dan berbuat benar. Jadi Malempu
bermakna lebih luas daripada kejujuran. Orang yang malempu senantiasa
menghindarkan dirinya dari mengambil hak orang lain atau mendapatkan sesuatu
dengan cara curang (=maceko). Orang yang malempu senantiasa akan menjaga
hak-haknya maupun hak orang lain.
5.
Magetteng = secara harfiah berarti konsisten.
Kata getteng biasanya digunakan pada tali yang ditarik yang lurus. Tali kadang
dijadikan alat untuk mengukur kelurusan sesuatu
(=becci’) terutama bagi tukang. Sehingga Malempu tidak terpisah dengan
Magetteng. Seseorang bisa jadi lurus, berpikir, berkata dan berbuat benar pada
awal-awalnya. Namun belum tentu ia mempertahankan kelurusannya itu.
6.
Macca = Acca berarti pintar. Disebutkan bahwa
orang yang pandai adalah mampu melihat sebab-sebab terjadinya sesuatu, memahami
proses terjadinya sesuatu dan akibat dari sesuatu. Orang yang Macca sangat
disenangi karena kemampuannya mengurai dan memberikan solusi terhadap
permasalahan yang ada. Macca juga berasosiasi makna pada keahlian diplomatis
yaitu kemampuan menjawab persoalan politis pada level yang lebih tinggi. Pada
zaman dahulu, Macca adalah salah satu syarat untuk terpilih menjadi raja.
Biasanya pula para Raja dizaman dahulu didampingi oleh penasehat yang tergolong
cendekia seperti To Ciung Maccae ri
Luwu, Nene Mallomo, Botolempangan, Nene Pasiru dan Kajao Laliddong.
7.
Warani = secara harfiah berarti keberanian. Ada
beberapa item tentang keberanian. Misalnya, tidak gentar diposisikan
dibelakang, ditengah dan didepan. Tidak kaget mendengar kabar baik dan kabar
buruk. Warani juga berasosiasi makna dengan pembelaan terhadap kaum yang lemah
seperti pada adagium Sanreseng tau
madodong, tattumpukeng tau mawatang = Sandaran (harapan) orang-orang lemah,
tertumbuknya (tantangan) bagi orang kuat (sewenang-wenang).
Tujuh karakter diatas sebenarnya hanya mewakili sebagian
dari banyak karakter bugis (maogi-ogi=bersifat bugis). Mungkin agak narsis,
memang sebagian sifat kurang baik (menurut kita) orang bugis adalah Pujiale
alias suka memuji diri. Yang terlihat dengan penggunaan kosakata bugis untuk
diasosiasikan dengan hal yang bermakna baik.
Tapi terlepas dari hal itu, ketujuh sifat diatas adalah
miliki semua manusia. Sesungguhnya siapapun yang memiliki ketujuh karakter
diatas pasti disenangi orang sekelilingnya. Orang bugis dahulu hanya merangkum
dengan beberapa kalimat atau adagium sebagai kalimat kunci yang terwaris secara
tertulis atau lisan kepada kita hari ini.
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda dengan Menggunakan Kata-kata yang Bijak dan Sopan (No Porno, No Iklan, No Spam). Kritik dan Saran yang Membangun Akan Sangat Bermanfaat Bagi Penulis. Terima Kasih.