cerpen: Manusia kanibal

Manusia Kanibal
Malam yang gelap dengan hanya pepohonan rimbun di sepanjang jalan, membuat Gina merasa takut apalagi hanya dia seorang diri yang melintas di kawasan jalur 2 Sempange.
“Perasaanku hari ini kok begitu aneh, bulu kudukku merinding? Apa yang salah? Apa aku masuk angin dari paddupa tadi?” Gumam Gina dalam hatinya.
Tiba-tiba, ban motornya kempes, sepertinya ban tersebut telah tertusuk paku. Gina pun terpaksa harus mendorong motornya hingga menemui bengkel. Dari arah yang sama sebuah mobil Avanza hitam melintas dan berhenti di depan Gina. Dari mobil tersebut keluar sosok lelaki paruh baya bertubuh kekar, lelaki itu lalu mendekati Gina.
“Ada apa dik?” Tanyanya ramah.
“Ban motor saya kempes, mungkin tertusuk paku.”Gina menjawab.
“Wah,,gawat! Padahal di sekitar sini tak ada bengkel, hmm.. Oh ya, rumahnya adik di mana?” lelaki itu kembali bertanya tapi kini tangannya telah memegang pundak Gina.
“Masih jauh, pung! Sekitar 5 KM lagi.”Gina kini mulai ketakutan.
Sambil melihat ke sekeliling, lelaki itu lalu tersenyum dan kini tangannya telah memegang leher Gina. Melihat keadaan itu, Gina mulai meronta dan mencoba melawan, tapi kekuatan cekikan lelaki itu semakin kuat hingga membuat napas Gina tersenggal. Gina pun mulai lemas, ia tak bisa melawan lagi kini nyawanya sudah diubun-ubun. Menyadari hal itu, lelaki itu kemudian mengeluarkan pisau belati dari balik jaket kulitnya. Tubuh Gina lalu ditelentangkannya di atas trotoar dan lelaki itu mulai mengiris badan Gina hingga terbelah.
Tanpa ada rasa bersalah, lelaki itu memasukkan tangannya ke dalam tubuh bagian dalam Gina dan mengeluarkan isinya. Kini, jantung dan usus Gina terhambur diatas trotoar, dengan tangan yang berlumuran darah lelaki itu menarik hati Gina dan  menyantapnya tanpa rasa jijik, setelah menjalankan aksinya ia lalu pergi meninggalkan Gina dalam keadaan yang mengenaskan.
Siapakah sosok lelaki tersebut?
 





Matahari kini menampakkan dirinya di ufuk timur, sinarnya yang terang telah siap menyinari bumi.
Peristiwa semalam telah diketahui warga sekitar dan telah menjadi gosip trending bagi kalangan ibu-ibu. Beberapa orang pun kini mengerubungi tempat peristiwa. Salah satunya Darno, siswa kelas X SMAN 2 Sengkang. Darno yang tanpa rasa ngerinya sedang berjongkok melototi korban pembunuhan yang sedang dievakuasi oleh polisi dikejutkan oleh sahabat sekaligus teman sekelasnya.
“Woiii,,, segitu amat liatnya? Apa ngak takut  digentayangin ntar malam?” sambil menarik lengan Darno agar keluar dari kerubunan.
”Eh,, Mirna! Lagi nonton juga?”lugas Darno.
“Wah,,aneh nih anak! Begituan ditonton, film kali! Ngaklah aku cuma lewat tadi, pas liat banyak orang di sini jadi motor aku berhentiin.” Jelas Mirna sambil berkacak pinggang.
”Ohh,,kirain? Yah sudah, kalau ngak mau ditonton mending kita ke sekolah aja, nanti telat tapi bonceng aku yah!” ajak Darno pada Mirna.
. . .
Hari-hari berikutnya, semakin banyak korban yang berjatuhan. Para orang tua pun was-was, takut bila kejadian itu tertimpa juga pada anak gadisnya.
Tak hanya kalangan orang tua yang khawatir, para anak remaja pun tentunya khawatir akan keselamatan jiwa mereka. Termasuk 3 sahabat ini, Darno, Mirna, dan Tono.
“Akhir-akhir ini, pembunuh sadis itu semakin terkenal, tapi yang aku bingungkan siapa sih pelakunya, setan berwujud manusia atau manusia berwujud setan?” Mulut Darno kemudian perlahan menyeruput sedotan pop ice rasa advokad yang telah menjadi kesukaanya.
“Tapi menurutku, pelakunya itu seorang kriminal professional, sudah 2 minggu kasus ini ditangani polisi tapi pelakunya masih belum diketahui.”ungkap Mirna.
      “Eh,, bagaimana kalau kita ikut membantu polisi juga!”ujar Tono sambil menaik-turunkan alis tebalnya itu.
“Maksudmu kita ikut mencari tahu siapa pelakunya? Apa tidak berbahaya?” Mirna menimpali.
“Bagaimana sih kamu ini, kita kan mantan-mantan juara bela diri, kalau ada apa-apa langsung wachau…! Tono sambil menirukan gaya actor film laga jet lee.
Ok begini saja, besokkan hari minggu! Bagaimana kalau kalian datang ke rumahku sore ini, jangan lupa bawa senter, tali dan pengaman diri”.
Hari kini malam, tiga sahabat tersebut sudah berada di jalur 2 sempange, dengan sepeda motor, mereka menyusuri jalan. Tidak beberapa lama kemudian.
“Eh..eh.. berhenti teman-teman, coba kalian perhatikan sosok lelaki di depan sana! Mencurigakan!”ujar Tono setengah berbisik pada ke dua sahabatnya.
“Sepertinya kita harus buru-buru kabur sebelum terlambat, Mirna pegangan yah, siap-siap saya mau ngebut!” Darno mulai ketakutan.
“Jangan..! Mari kita temui saja dia, tapi kalian harus tetap tenang dan siapkan saja senjata kalian.”ujar  Tono.
Mereka mendekati sosok itu lalu memberhentikan laju motornya dan begitu Tono turun dari motornya, ia langsung mengeluarkan kejutan listirk dari sakunya dan menyetrumkannya pada sosok lelaki itu hingga pingsan.
“Hei.. Darno, mana tali… mana.. ayo.. cepat ikat tangannya! Seru Tono dalam kepanikannya.
“Ayo cepat kita bawa dia ke kantor polisi!”ajak Mirna
. . .
 “Wah,, Pak polisi dia sudah sadar!
“Maaf Pak, apa benar bapak ini pelaku pembunuhan sadis itu? tanya polisi kepada lelaki itu.
“Hah? Pembunuhan, ada-ada saja kalian ini, saya ini sudah tua renta sudah tidak kuat lagi, mana bisa melakukan pembunuhan” kata lelaki itu.
“Halah,, pak tidak sudah menyangkal. Dosa itu pak!” Darno menimpal.
“Saya tegaskan sekali lagi ya dek, saya itu bukan pembunuh, apa buktinya  kalau saya pernah membunuh? Tanya lelaki itu.
“Nah, bapak ngapain malam-malam di jalan sendirian?”
Lelaki itu diam dan sepertinya dia sedang berpikir.
“Sebenarnya saya sudah lama ingin membongkar semua ini, tapi saya juga takut jika nantinya hal ini malah membuatku menderita. Tapi hari ini, saya telah bertekad untuk mengatakannya meskipun ada resiko yang harus kutanggung. Saya memang bukan pelaku pembunuhan sadis itu, tapi saya tau siapa pelakunya. Beliau adalah tuan saya, pak Asse.”
“Pak Asse? Tetangga baru dekat rumah saya, dia kan baru pindah 5 minggu yang lalu?Darno tersontak.
“Iya, kemana pun dia pindah rumah dia selalu mengajakku, mungkin dia takut terbongkar rahasianya. Selama 32 tahun, saya bekerja sebagai tukang kebun di rumah beliau, sejak saya berumur 15 tahun. Saat itu dia masih berumur 9 tahun, ia anak normal, cerdas dan ramah, tetapi ia memiliki masalah psikologis yang memburuk ketika ayahnya meninggalkannya. Ketika ia berusia 15 tahun dia menjadi pecandu obat-obatan. Hingga ia berumur 19 tahun dan jatuh cinta pada seorang gadis, tapi sayangnya belum sempat ia menyatakan perasaannya, gadis tersebut tewas dalam kecelakaan. Dari peristiwa itu ia percaya bahwa jika ia memakan hati gadis maka kekasihnya itu akan hidup kembali.” jelas lelaki tua itu dengan panjang lebar.
“Baiklah Pak, jika begitu adanya, kesaksian bapak sangat meringankan tugas kami untuk menangkap si pelaku. Dan untuk kalian adik-adik saya berterima kasih dengan bantuan kalian dan saya harap sabtu malam depan bapak dan adik-adik datang lagi ke sini” ucap pak polisi.
Hari berlalu begitu capat, dan  kini hari itu pun tiba. 3 sahabat, tukang kebun dan beberapa polisi nampak sedang berdiskusi menyusun rencana.
Kini sudah jam 10.20 WITA, mereka kini berada di tempat di mana pembunuh itu sering menjalankan aksinya.
“Seperti rencana tadi , Mirna menjadi pancingan agar pembunuh itu mau mendekat, sekarang Mirna duduk di atas motor ini yah, dan berpura-pura lah motor ini sedang mogok, dan ingat jangan panik karena kami akan mengintai dan menjaga kamu dari kejauhan. Jika ia sudah mulai melakukan hal yang aneh padamu, teriak saja!” Jelas Pak polisi pada Mirna.
Semuanya lalu mengambil posisi masing-masing. Tono dan Darno ikut pula mengintai di balik semak-semak di pinggir jalan.
Beberapa menit kemudian melintaslah sebuah mobil Avanza hitam dan berhenti. Nampak dari kejauhan sesosok lelaki turun dari mobil tersebut lalu berjalan mendekati Mirna.
“Kenapa dik?” Tanyanya.
“Motor saya mogok!”jawab Mirna tenang.
Tangan lelaki itu mulai memegang leher Mirna lalu mencengkramnya dengan kuat, tapi untungnya dengan kemampuan bela diri Mirna, ia bisa lolos dan lari menghindar, belum sempat lelaki itu mengejarnya satu tembakan peluru telah melukai kakinya.
“Jangan bergerak! angkat tangan!” teriak polisi sambil menodongkan pistolnya pada Pak Asse.
Polisi lalu memborgol tangan Pak Asse dan membawanya ke kantor polisi.
Tono, Darno, dan Mirna kemudian diantar pulang ke rumahnya masing-masing oleh salah satu polisi. Akhirnya para warga sekitar dapat bernafas lega.
Seminggu pun berlalu, pagi-pagi sekali di kantor polisi dimana Pak Asse ditahan terjadi kepanikan.
“Pak, lapor! tahanan kita atas nama Pak Asse kabur, pintu selnya terbuka dan satu pegawai kita tewas mengenaskan di depan sel tersebut .”

-Selesai-

by : Annisa Wahyuni
SMA Negeri 2 Sengkang RSBI

1 komentar:

Pengen baca cerpen manusia canibal..lanjutanya dimana ya Annisa

Reply

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda dengan Menggunakan Kata-kata yang Bijak dan Sopan (No Porno, No Iklan, No Spam). Kritik dan Saran yang Membangun Akan Sangat Bermanfaat Bagi Penulis. Terima Kasih.